Selasa, 31 Juli 2012

Baru tersadar dari mimpi


Jendela pagi terbuka perlahan dari setiap sudut pandang yang terlihat,sedikit membuka cahaya bersama surya,menantikan kebisingan alam.hari ini langit Nampak berkabut tipis tanpa gairah,melukiskan kesuraman,kelam,dan membosankan,burung tak berkicau seperti biasanya,nyanyian di balik gubuk tua pun tak jelas terdengar.angin kencang menyerupai badai datang menggoyah keras pepohonan.pagi tanpa semangat.itulah yang aku rasakan.berlatar belakang kebohongan besar di balik kisah hidupku.
Aku Muhammad fadil,orangtuaku mengatakan itu adalah nama yang cocok dan sangat bagus untukku,tapi aku telah mengotori nama bagus itu,cerminan yang aku tunjukkan bukanlah sebagus namaku.karna aku belum mengenal siapa aku???
2 tahun lamanya aku tak bersama keluarga,hidup menyendiri di kota besar yang semakin membuatku menjadi-jadi,kuliah alasan utamaku menghindari ceramah ayah,dan hidup mandiri alasan selanjutnya untuk tidak melihat tangisan ibu karnaku.itulah cerita singkatku tentang masalalu yang membuatku berada di sini.
Hari ini tak ada tujuan di benakku,gerimis betul-betul menghalangi langkahku untuk berekpresi,terasa sangat membosankan.dan sedikit merasa menyesal tentang keberadaanku.harusnya waktu seperti ini aku sudah tidak lagi berkeliaran di kota mengerikan ini,tapi satu hal yang membuatku harus bertahan,nilai kuliahku bermasalah lagi,yang mengharuskan aku mengambil semester pendek untuk menggantikannya
Dan baru tahun ini pula aku harus menjalani ramadhanku sendirian di rumah kos.banyak hal yang baru aku mengerti,walaupun aku tak pernah puasa penuh,sendirian waktu ramadhan bukan hal yang menyenangkan,kesepian tanpa ocehan ibu waktu aku tak bangun sahur.bentak ayah waktu aku tak puasa.kali ini aku merasa tak ada yang mempedulikan aku.
Kembali ku hirup nafas panjang,tapi tanpa ada kelegaan sedikitpun. itu pasti karna paru-paru yang tlah membusuk,walaupun aku tidak mempunyai penghasilan sendiri alias mengharapkan kiriman,tetap saja rokok tidah bisa kurang.dan aku perokok yang  boleh di bilang pecandu rokok nomor satu dari keseluran mahasiswa seusiaku.aku menikmati hidupku yang gelap ini.
Dring….dring,,,,suara handphon genggam yang ntah kemana aku menaruhnya.cepat ku cari-cari asal suara,pas di bawah tumpukan baju kotorku.ibu menelfonku
“halo bu!!” ujarku
“asssalamualikum nak!” suara ibu terbata-bata
“kenapa ibu menelfon?” to the point saja,itulah aku
“kapan kamu pulang dil?” Tanya ibu semakin haru
“nanti bu,kalau aku sudah berada di depan ibu berarti aku sudah pulang,ibu tunggu saja,kuliahku belum kelar” ucapku ketus,aku memang tak pernah baik kalau berbicara dengan ibu apalagi ayah
“bagaimana dengan SPPmu?”
“SPP,belum ku bayarlah bu,ibu tidak mengirimkan uang untukku bagaimana aku membayarnya?”
“sekarang ibu lagi tidak ada uang,sudah kamu tanyakan pada abangmu?”
“kalau sudah begini,ibu selalu memberiku solusi hubungi abangmu,abangmu,abangmu lagi,apa yang bisa di lakukan abang,buat jajanku saja abang kesusahan,apalagi SPP,ibu kan tau,abang juga mahasiswa bu,”
“iya ibu tau! Tanya solusi abangmu lah dil” ibu terus berusaha membujukku
“sebenarnya ibu mampu tidak mebiayai kuliahku? Kalau tidak biar aku berhenti kuliah”
“jangan begitu dil,kamu mau hidup susah seperti ayah sama ibu?” ibu sangat sabar menghadapiku
“kalau hidup ibu dan ayah susah,tidak mungkin ibu bisa membesarkan,aku,abang dan juga adik rifka” sebenarnya hatiku tak tega bicara kasar pada ibu,tapi hatiku sudah terlalu keras,
“ya sudah dil,ibu keladang dulu,nanti kalau hasil panen bagus,ibu akan mengirimkan uang untuk SPPmu”
“ya bu”

Berakhir di situ pembicaraanku dengan ibu,dan aku ingin menangis,belum ada ketenangan untuk jiwaku yang rapuh.aku seperti kehilangan hati nurani,semenjak pergaulan bebas menyentuh kehidupanku.
Abang rafa meninggallkanku dan pindah ke universitas lain karna malu dan tertekan mempunyai adik sepertiku,tapi aku ingin berubah, hanya saja,aku tak punya pegangan untuk bisa berubah.
Jam menunjukkan hari telah siang,walaupun suasananya gelap remang seperti pagi hari,aku betul-betul suntuk berada di kos,dan aku harus keluar untuk menemukan akal sehatku, supaya aku tidak mengamuk tak jelas pada teman-teman satu kos.kalaupun mereka terbiasa dengan bentakanku saat normal atau sedang mabuk.tetap saja aku merasa tak enak.
Ku lalui likukan jalan kota yang panjang dengan motor supra yang dengan susah payah ayah membelikannya.hanya karna tidak mau melihatku  ke kampus dengan berjalan kaki,kini aku tak bermaksud pergi menemui teman—teman bar-barku,tak juga bermaksud ingin nongkrong di bawah jembatan besar kota buat hura-hura,tidak ke rumah kosong buat berganja.aku ingin ke mesjid kampus,tah kenapa hati kecilku meyuruhku ke sana,melihat remaja mesjid yang gemar membaca quran dari pada berbicara yang tak penting.
Aku tepat berada di depan mesjid kampus yang selalu ramai,ku perhatikan lama kegiatan mereka didalamnya,sangat nyaman dan tenang.aku ingin seperti mereka,tapi sepertinya aku salah langkah,ini bukan tempatku.kembali ku balikkan badanku dan berlalu,aku tak punya keyakinan untuk bisa berubah seperti mereka.dan tah apa yang bisa mengubahku?
Hatiku galau,kata teman-temanku ini memang lagi musim galau.namun galau yang aku rasa tentunya berbeda jauh dengan teman-temanku.sebagian ada yang galau karna cinta,galau karna tidak sukses kuliah,galau karna tidak memiliki kehidupan yang baik.sedangkan aku galau apakah Tuhan masih mau menerimaku dalam agamaNYA.dan aku belum dapat sedikit pencerahan.karna aku belum menemukannya.
Aku berada di depan rumah kos,sungguh aku tak punya tujuan hari ini,ku perhatikan andri si kocak keren di seberang teras,andri sedang terkikik tak karuan.tah apa yang dibicarakan lewat telfon.dan sepertinya lawan bicaranya juga kocak.di sudut yang lain ku lihat iqbal yang tekun membaca Al-quran.sejenak darahku berdesir ngilu.tatapanku kosong.ku alihkan pandanganku di sudut lain,romipun sibuk dengan hafalan asmaul husnanya.sedangkan aku hanya termengu mengakui betapa bejatnya aku.ku banting keras pintu kamar.karna aku betul-betul merasa sangat buruk dan frustasi. ku rebahkan tubuh lelahku di tilam santai milik abang dulu.masih terasa sangat nyaman.tiba-tiba perutku merasa lapar,karna memang aku tak berniat puasa.aku harus mencari makan dimana? Karna aku yakin teman-temanku tak punya makanan jam segini karna mereka berpuasa.apa nikmatnya berpuasa? Sampai mereka sangat menikamatinya.ku coba pejamkan mata sayuku.terbayang sejenak wajah ibu yang sedih melihat keadaanku yang tak karuan.wajah kecewa ayah yang Nampak lelah menasehatiku,wajah prustasi abang menghadapi kelakuanku.dan yang paling tidak bisa ku lupakan,wajah penuh harapan adikku.air mataku megalir tanpa tersadar.serusak itukah aku? Sampai semua memprihatikan.
Andri megejutkan renunganku.
“hey boy! Apa yang memebuat wajah romeo membengkak seperti itu? “ canda andri sambil menepuk kakiku
“aku lagi gak mood ndri,jangan ganggu dulu”
Tak seperti bisanya romeo seperti itu,,lapar ya bung?” candanya lagi,kini andri tersenyum nakal padaku
“sembarangan kalau ngomong,tadi bicara sama siapa sich sampai ngikik ngikik gitu,,?” aku penasaran
“oh! Aku bicara dengan wanita yang sangat ku cintai sedunia” jawab andri berekpresi
“cantik?” tanyaku lagi
“ya jelas! Paling cantik melebihi bidadari,kenapa dil?” wajah andri kelihatan bingung
“sampaikan salam ku ya!” ku lanjutkan
“ok.tidak masalah tunggu aku pulang kampong.”andri mencokeh daguku
“maksudmu?” aku tak mengerti
“aku tau,kamu penasaran dengan wanita yang aku bilang barusan,tenang saja,selama kamu bisa menggantikan bapakku dari hatinya,aku terima saja punya bapak tiri sepertimu” andri terkekeh setelah berucap seperti itu
“maksudmu?” aku makin tak mengerti
“dasar fadil-fadil,,,tadi aku berbicara dengan ibuku,sepertinya ibuku sangat merindukanku,,” ucap andri dengan wajah sedikit sedih
“oh kirain,,kalau ibumu merindukanmu,kenapa kamu tidak langsung pulang,bukankah kamu tidak mengambil semester pendek”
“iya,tapi aku harus bekerja agar bisa pulang,aku bukan orang yang mampu dil,ya sudah aku mau ke pasar,sebentar lagi mau asar,pinjam motormu” andri berlalu sekejab,

Aku kembali merenung,bagi andri ibunya sangat berharga,tak ada bandingan dengan siapapun sedangkan aku? Andri meberiku sedikit kesadaran tentang keberadaanku,aku tidak akan memaksa ibuku lagi untuk mengirimkan uang,aku harus bekerja.akan ku tinggalkan semua keburukan masalaluku,akan ku buktikan kalau aku anak yang pantas di banggakan,tapi bagaimana caranya?
Sayup lembut aroma ramadhan yang melekat.semangat ibadah yang menggebu,suasana yang haru menusuk pilu di dadaku.melihat kecerian teman-temanku ketika beduk berbuka bersuara.sungguh indah ramadhan ini ya Allah.aku menangis keras di sajadah shalatku,baru ini aku bersujud pada Rab yang menciptkanku.ku akui semua kesalahan dan dosa yag pernah ku perbuat.Allah masih memberiku kesempatan untuk memohon di depanNYA.Allah masih mau melihat wajahku yang penuh dosa.
Tak henti aku mengucap,menangis sekiranya.takku pedulikan andri yang menepuk pundakku.romi yang ikut memegang lenganku,iqbal juga berusaha menenangkanku,aku sungguh rapuh,aku tak berdaya di hadapanNYA.
Malam berlalu dengan haru,biasanya teman-teman tak membangunkanku waktu sahur.tapi kali ini mereka mengikut sertakanku bersama mereka.
“masih ngantuk boy!” ujar andri mengajakku bercanda,
“weh bengkak tu bola mata” sahut iqbal lagi
“memalukan” jawabku ngekeh
“sudah-sudah ayo makan,” romi menenangkan suasana,dari kami semua, romi yang paling bijak,yang tertua dan seperti abang bagi kami
“menurut kalian si tampan romeo kita kenapa bisa insaf ya?” andri mulai bercanda lagi,yang lainpun ikut tertawa,aku agak sedikit malu.
“ah,,sudah lah!” ujarku singkat,aku memang tak punya pembahasan lain untuk bisa menangkal candaan teman-temanku.kami menikamati sahur seadanya.semua sangat gembira.aku menemukan hidupku,

Hari pertama kali aku puasa,walaupun hitungan hari yang ke delapan bagi yang lainnya,aku agak telat menyadari kehadiran bulan suci yang penuh hikmah ini,bukan penuh tapi memang bulan hikmah yang paling mantap,aku seperti baru belajar agama,seperti baru mengenal islam,semua harus aku pelajari dari awal,membenarkan bacaan shalatku yang di bantu romi,bacaan quranku yang di bantu iqbal,dan tentunya kesabaran dalam berpuasa yang di bantu andri.melalaikan diri agar tidak tergoda dengan hal yang membatalkan puasa.awalnya sangat beratku rasakan.godaan untuk kembali ke kehidupan bar-barku adalah  yang paling besar.tapi aku harus bertahan.
Ramadhan berlalu dengan cepat tak terasa sudah 10 hari aku berpuasa.dan semua Nampak lancar-lancar saja.tentunya teman-temanku semangat yang tak terhingga.sampai hari ini belum ada kabar dari ibu,aku segan menghubungi mereka duluan,walaupun aku sangat merindukan mereka.abang rafa hanya sekali itupun mengabarkan kalau abang rafa akan mengirimkan uang.
Hampir saja kuliah semester pendekku selesai,aku berniat pulang kampong,tapi aku tak punya uang,yang di kirim abang rafa hanya cukup untuk SPPku,harapan terakhirku adalah kiriman dari ibu.
Dring…dring…akhirnya Hpku berbunyi juga,tepat setelah aku dan teman-teman pulang taraweh,senang hatiku tak terhingga,
“assalamualaikum bu!” ujarku lembut,baru ini aku mengucapkan salam ketika berbicara dengan ibu
“wa.alai..kum…salam” jawab ibu terbata,mungkin ibu sangat terharu denga perubahanku
“ibu apa kabar?” aku seperti ingin menangis
“baik dil,,,,kamu bagaimana nak?”
“aku baik-baik saja bu!” lama ibu terdiam,akupun seperti tanpa bahasa,aku yakin ada yang di sembunyikan ibu dariku,
“dil! Ibu tidak bisa mengirimkanmu uang,,panen ladang kita gagal,,” suara ibu sedkit berubah,pasti karna ibu menahan tangisnya
“tidak apa-apa bu,,sudah kehendak Tuhan,lagi pula aku sudah besar,,tidak mungkin hanya mengharapkan dari ibu dan ayah
“dil,,,kamu kenapa?” ibu bingung dengan jawabanku,,fadil yang sekarang tak sama lagi seperti fadil dulu
“aku minta maaf bu, selama ini terus menyusahkan ayah dan ibu,aku jahat pada bang rafa,,aku menyesal bu,,maafkan aku” kini airmata ku tak terbendung lagi,aku menangis sejadinya pada ibu.banyak kesalahan dan sangat banyak aku menyakiti hati ibu,bagaimana aku bisa menghadapi ibu nanti,,bagaimana dengan ayah?
Semuanya selesai,walaupun aku masih bingung bagaimana mendapatkan uang untuk ongkosku pulang nanti,semuanya sedikit membingungkanku.aku harus mencari jalan keluar,sebenarnya bisa pulang atau tidak bukan masalah besar bagiku,hanya saja aku ingin mencium kaki ibuku supaya ibu mau memaafkanku.

Aku tanyakan pada andri tentang pekerjaannya,mungkin aku bisa bekerja di tempatnya,untuk bisa mendapat ongkos pulang.akhirnya aku bekerja buruh kasar bangunan,ternyata bekerja tak semudah yang ku bayangkan,melelahkan,itulah yang selalu di kerjakan ayah.banyak hal yang harus aku bersabar,salah satunya untuk bisa menahan dahagaku.,aku tak punya jalan lain..selain itu.
Namun rasa capek itu sesaat hilang juga,karna mendengar suara tawa adik perempuanku,atau mendengar candaan abang rafa.membuatku tambah bersemangat untuk bekerja.seumur hidupku baru kali ini aku bekerja.walaupun pekerjaan ayah ku adalah petani,tak seharipun aku menginjak kebun untuk membantunya.ayah sudah terlalu sabar menghadapiku.menerima kenakalan ku.yang aku tak pernah mengerti betapa sakit hati ayah padaku.dan gagal panen kali ini pasti sangat membuat ayah tertekan.
Ku rebahkan badan lelahku.menatap langit-langit kamar kos,tak ku sadar andri dan iqbal juga ikut merebah
“hey romeo! Apa pekerjaanmu sangat susah?” ujar andri sedikit rendah
“capek ndri,,baru aku tau!”
“yahhh,,si romeo baru sadar dia kalau bekerja itu capek” sahut andri lagi
“masalahnya ini lagi puasa ndri”aku mengelak
“jangan jadikan puasa sebagai alasan dil,,” iqbal menimpali,
“ia pak ustaz,,,romi mana?” tanyaku wajah adem romi belum ku lihat hari ini,
“jatah ke pasar,,katanya mau pergi sendiri,,ya sudah saya biarin saja” andri menimpali
“ayo dil,,,,kita bersih-bersih,,,,,,” ajak iqbal memecah suasana
“bersih-bersih apa bal? kan sudah tadi pagi” andri Nampak keberatan
“bersihin diri,,mandi,,,,ehh,kamu ndri,mikirnya kejauhan” timpal iqbal
“ya ya jangan ribut ayolah” ajakku terus beranjak,

Selama tobatku berjalan,banyak hal yang kami lakukan bersama,bukan hanya makan,sahur.masak,tadarus,bahkan jalan-jalanpun kami lebih suka bareng-bareng,,sambil tertawa lepas.ini rupanya indah sebuah persahabatan.susah senang sama-sama,dari keempat kami,aku dan andri yang kurang mampu,sedangkan iqbal dan romi,mereka orang yang berpunya.tapi demi kawan,mereka tak pulang kampong duluan,menunggu kami siap pulang kampong.

Akhirnya romi pulang dengan belanjaannya.lumayan banyak,aku rasa romi juga menambahkan uang sakunya dari uang yang kami kumpul sama-sama.romi selalu seperti itu dan aku bahagia punya teman seperti mereka.

Hampir 27 ramadhan,aku masih kualahan,karna belum mendapat uang dari hasil kerjaku.dan aku takut aku tidak bisa pulang ramadhan ini,lantaran uang yang aku kumpulkan tidak cukup.
Atas takdir Allah dan Maha PengasihNya,Allah memberiku jalan lain,kami berempat mendapat tiket mudik gratis karna ikut lomba tadarus.akhirnya kami pulang tanpa harus ada biaya yang banyak,cukup uang makan di jalan,rasa syukurku tak hingga pada Allah semata,sungguh nikmat dan anugerahNya di bulan suci ini sangat amat ku rasakan.
Ku injakkan kaki di kampong halamanku,tak sabar melihat wajah keluargaku yang senantiasa menungguku di depan rumah.penampilanku,bukanlah fadil tahun lalu,yang memakai kaos hitam,pakek kalung,rambut berwarna,tindikan di telinga,celana jins yang ketat cincin di jari kaki,tapi Muhammad fadil kali ini,celana kain hitam yang longgar koko nan rapi,peci putih,wajah yang teduh,itulah aku,,,manusia hasil hikmah ramadhan yang penuh berkah,ku salami tangan keriput ibuku dengan haru,kucium hangat keningnya.bapak yang terus menepuk pundakku tersenyum bangga,adik perempuanku yang juga ikut bahagia melihat perubahanku.abang rafa memeluk erat badanku
“akhirnya dik,,,,kamu jadi yang kami harapkan” ujar bang rafa juga terharu
“ibu percaya kamu akan berubah nak”
“ayah bangga padamu nak”
“adik senang melihat abang,sangat tampan”

Ucapan mereka membuatku lupa semua masalah,aku bahagia
YA Allah sekalipun aku telah melupakanMu,dengan kemurahanMu,Engkau masih menerimaku.
Sekalipun aku tak pernah mengingatMU,Engkau masih melihatku
Ya Allah sungguh besar nikmatMU,dan aku berjanji,,tak akan pernah berpaling dariMU lagi
( oleh patinur rhieda staf kaderisasi Ceendekia Unsyiah)

0 Responses to “Baru tersadar dari mimpi”

Posting Komentar

All Rights Reserved UKM Cendekia Unsyiah